Sabtu, 23 Juli 2011

Sang Gadis

Ada seorang gadis yang dijanjikan oleh ibunya akan sebuah istana, istana yang mungil namun hangat. Istana yang akan melindungi dirinya dari terpaan angin, hujan dan panas mentari.
Istana dimana ia akan menghabisakan sisa hidupnya, dan seorang pangeran menunggunya disana.
Itu adalah sebuah janji masa depan sang ibu kepada anaknya, semua ibu kepada semua anak gadisnya tepatnya.
Masalahnya adalah, sang anak gadis tidak tahu arah menuju istana itu...petunjuk sang ibu hanya satu “Just Follow your heart”....
Then the girl goes....with only one clue to find her own palace...
Gadis ini tentu gembira menyambut masa depannya...langkah demi langkah...ia susuri..jalan demi jalan ia tapaki..
tekadang ia menemukan tikungan dan bimbang untuk memilih jalan mana yang harus ia pilih....tapi sekali lagi, ia hanya harus mengikuti kata hatinya.
Gadis itu tidak pernah berhenti berjalan....panas matahari membakar semangatnya, derasnya hujan semakin membulatkan tekadnya..tidak sekalipun ia singgah atau berhenti.
Gadis itu bertemu orang-orang yang ramah...dan gadis-gadis lain yang mempunyai tujuan yang sama dengannya, tapi tak jarang pula gadis itu bertemu orang-orang yang mengajaknya untuk singgah sementara.

Tibalah suatu saat di tengah perjalanannya gadis ini bertemu seorang pemuda...biasa-biasa saja pada mulanya.
Pemuda ini katakanlah seorang pengembara yang akhirnya menjadi rekan seperjalanan sang gadis..
Dalam perjalanan mereka..pernah suatu saat sang gadis jatuh terperosok dan dibantu oleh pemuda itu, tapi tak jarang pula sang gadis membantu pemuda itu..

Sang Pengembara akhirnya memilih jalannya sendiri...
dan si gadis yang terlanjur terbiasa ditemani oleh si pengembara mulai bimbang dengan jalannya, kali ini kata hatinya tak bisa lagi ia dengar , berperang dengan egonya mengingat segala kenangannya si gadis memilih untuk mampir ke pondok pengembara itu..sejenak atau tidak?, tidak ada yang tahu..bahkan gadis itu sendiri.

Gadis itu tiba..berdiri tepat di depan pondok sang pengembara..
ia tahu bahwa sang pengembara ada di dalam pondoknya, jendelanya terbuka..tapi pintunya tertutup rapat.
Si gadis bisa mengintip dari jendela ini dan melihat isi dalam pondok si pengembara...sebenarnya, si gadis sudah banyak tahu isi pondok itu dari ceritera si pengembara, tapi bukankah cerita harus selalu ditambah bumbu.
Si Gadis ini hanya ingin tahu satu hal, adakah orang lain selain pengembara ini yang berada di pondok itu, adakah ruang khusus untuk seseorang yang disediakan oleh si pengembara di pondoknya...adakah diri si gadis itu akan disediakan ruang disana?

Sejatinya si gadis itu selalu menunggu di depan pintu sang pengembara..terkadang gadis itu beranjak dari pondok untuk melangkah maju lagi..tapi begitu gadis itu mendngar suara sang pengembara...
maka sang gadis kembali berlari ke pondok.

Sang Pengembara tidak pernah tahu bahwa sang gadis selalu menunggunya dan berharap mengijinkan masuk, ia hanya mengira bahwa gadis itu kebetulan berjalan melewati pondoknya.
Sementara si gadis tidak ada keberanian untuk mengetuk pintu pondok, menunjukkan pada sang pengembara bahwa dirinya selalu menunggu di luar.
Mengetuk untuk bertanya...bisakah ia masuk ? Atau adakah ruang untuknya?
Mengetuk dan memastikan ....apakah sebenarnya justru pondok itulah istana tujuannya........

Saat ini si gadis masih menunggu di depan pintu...tidak pernah mengetuknya
menunggu pintu itu terbuka untuknya...adalah harapannya
Tapi jika suatu saat pengembara itu membuka pintu dan ternyata bukan sang gadislah yang ia persilahkan masuk...tetapi seseorang lain
Maka sang gadis akan pergi dengan senyap..kembali melangkah mencari istananya..tanpa menoleh kembali ke pondok itu
coz life is moving toward......

Itulah kisah seorang gadis yang tidak pernah mengetuk pintu,
tergoda dengan sebuah pondok dalam perjalanannya mencari istana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar